FILSAFAT TERBIT DI TIMUR
Urgensi Kajian Filsafat Ilmu
Berfikir atau berfilsafat dilakukan
manusia sejak mereka ada sejak mereka penasaran terhadap suatu hal kemudian
mereka berpikir, hal ini berarti berpikir atau berfilsafat dilakukan juga oleh
bangsa-bangsa lain sebelum Yunani. Filsafat Yunani dianggap sebagai tidak
orisinil dan fanatik. Kajian Filsafat Timur hingga saat ini sangat penting.
Penyebabnya adalah Masih adanya carut marut pemikiran dan etika seputar
orisinalitas, urgensi, dan Posisi kebudayaan atau peradaban Timur.
Banyak ahli sejarah, saintis, dan
filsuf Barat yang berusaha memaksakan Pandangan bahwa bangsa Yunani adalah
sumber awal dari filsafat dan ilmu lainnya. Kebudayaan Yunani dianggap sebagai
ciptaan para jenius yang tidak belajar Kepada pendahulu, tidak didahului
kebudayaan lain, tidak berkaitan dengan Mesir Kuno, Kan’an, Babilonia, Asyur,
Persia, India, dan Cina. Seolah-olah Kebudayaan Yunani itu kemunculan dan
perkembangannya murni Eropa. Kemudian menyebabkan penjelajahan intelektual
Mereka berpendapat bahwa sumber tertua
filsafat adalah flsafat Yunani. Tapi, kajian dan penelitian menyingkap tabir
bahwa pendapat Itu tidak benar. Filsafat India lebih tua dari pada Filsafat
Yunani. Para pengusung Erosentrimse mengetahui bahwa bangsa Mesir telah
menggunakan matematika dalam mengukur tanah, menggali sungai, dan tujuan
praktis lainnya. Tapi, mereka mengatakan bahwa bangsa Yunanilah yang telah
menciptakan ilmu-Ilmu tersebut dalam bentuk teoritis murni. Dari Timurlah sumber
ilmu dan filsafat yang selanjutnya dikembangkan oleh bangsa-bangsa dari
peradaban yang muncul belakangan.
Akumulasi Ilmu dan Asimilasi Budaya
Ilmu pengetahuan bersifat akumulatif
dikumpulkan dan di pahami kemudian dikembangkan secara terus menerus. Sifat akumulasi
ilmu pengetahuan ini menunjukkan adanya komunikasi dan dialog antar peradaban.
Dialog itu telah terjadi di masa lalu, dan juga akan berlangsung sekarang dan
di masa depan. Tidak ada penghalang antara satu peradaban dengan peradaban
lainnya. Semua peradaban itu adalah milik umat manusia.
Kebudayaan saling berkaitan dan
mempengaruhi satu dengan lainnya. Kebudayaan terdahulu mempengaruhi kebudayaan
yang kemudian. Pandangan ini adalah salah satu buah sikap fanatik buta, yaitu
keyakinan seseorang bahwa dirinya memonopoli kebenaran dan kebaikan sedangkan
orang lain tidak memilikinya. Kemudian dalam kebudayaan mengalami proses
asimilasi atau percampuran antar budaya Yang menghasilkan banyak manfaat
seperti semakin luas cakrawala ilmu pengetahuan dan Setiap orang dan setiap
bangsa berhak dan berkewajiban mengembangkan atau memperkaya warisan kebudayaan
yang mereka terima dari generasi terdahulu, yang pada waktunya dulu juga telah
memperkaya apa yang mereka terima dari generasi yang lebih terdahulu. Setiap peradaban
saling mempengaruhi satu dengan lainnya tanpa kehilangan ciri khas mereka
masing-masing akibat keistimewaan tempat dan zaman masing-masing.
Para Filsuf Belajar ke Timur
· Anis Farihah: Clement
al-Iskandarani mengatakan bahwa Democritos mempelajari hikmah dari Babilonia
dan menukil amthal, asatir, dan khurafat (fabel) Ahiqar ke dalam bahasa Yunani
al-Ighriqiyyah) dalam bentuk yang sesuai dengan pola pikir Yunani.
· Al-Husayni: akar
filsafat Yunani ada di India. Gorres (peneliti Jerman, 1776-1848) berpendapat
bahwa Iskandar dari Makedonia ketika menyerang India mengambil beberapa buku
India dalam bidang filsafat dan logika,
· Aristoxinos, penulis
ternama dalam ilmu alhan (nada) yang hidup semasa dengan Socrates, menerangkan
bahwa beberapa ulama India datang ke Athena dan berdiskusi dengan Socrates.
· Clement
al-Iskandarani (150-218 M) penulis Yunani pertama yang menyebut nama Budha,
mengatakan bahwa bangsa Yunani mencuri filsafat dari orang-orang Barbar, dan
yang dia maksud dengan orang-orang Barbar adalah orang-orang non Yunani.
· Plotinus pendiri
aliran Neo-Platonisme, Pyrhoo pemuka aliran Sofisme Yunani, Anaxagoras,
semuanya belajar ke Timur, India atau Mesir.
Cakrawala Kajian Filsafat
Sebagai seorang muslim, mungkin Anda
tertarik dengan pertanyaan-pertanyaan, “Kapan Islam
masuk ke Persia, Mesir, India, Cina,
Jepang, Nusantara? Siapa yang menyebarkannya?”
Sebagai seorang yang haus pengetahuan,
Anda juga mungkin akan bertanya, “Bagaimana
sejarah peradaban-peradaban kuno
seperti Mesir, Persia, India, dan Cina?”
Ini kajian historis. hal itu
penting dalam memberikan kita perspektif berbeda dari para pemuja peradaban
Yunani atau kaum Eropasentris.
Pertanyaan lain tentang, “Apa yang
dipikirkan oleh orang-orang Mesir, Persia, India, Cina, Jepang, dan Nusantara,
juga orang-orang Arab, sebelum mereka mengenal Islam? Karena itu, kajian ini
berhutang budi kepada ilmu sejarah, ilmu geografi (baik Historical Geography
maupun Human Geography), Geologi, Palae-Climatology, berbagai cabang ilmu
Fisika, Stratigraphy, Paleontology, Anthropology, Geochronology, dll.
Paparan ini tidak berarti mengagungkan
Timur atas Barat atau merendahkan Barat di hadapan Timur, atau mengingkari jasa
bangsa Yunani terhadap ilmu dan filsafat. Pendahuluan ini hendak menyatakan
bahwa ilmu adalah akumulasi pemikiran manusia atau umat dari masa ke masa dan
menggugurkan klaim suatu bangsa tertentu adalah satu-satunya pemilik dan
pembangun ilmu dan bangsa tertentu adalah tidak memiliki kemampuan dalam
mengembangkan ilmu. Karena itu, sikap fanatik, rasis, dan keyakinan akan satu
sumber pengetahuan adalah perilaku buruk yang harus ditanggalkan.
Bangsa Yunani memiliki peran dan
orisinalitas ilmiah. Tapi, orisinalitas dan keistimewaan mereka itu tidak
berasal dari nol. Keagungan Yunani terletak pada kemampuan mereka mentransfer
khazanah kebudayaan lain yang tertangkap oleh indera dan akal mereka, lalu
melokalkannya. Artinya, mencerna kebudayaan itu hingga selaras dengan
lingkungan mereka sendiri, sesuai dengan jati diri mereka, atau mengkritisinya
sedikit demi sedikit sehingga mereka berhasil melampaui periode timur dalam
ilmu dan memulai periode baru yang berbeda.
Belum ada Komentar untuk "FILSAFAT TERBIT DI TIMUR"
Posting Komentar